Surah Al-Haqqah
Surah Al-Haqqah terdiri dari 52 ayat, keseluruhannya turun sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Sayyidina Umar ra berkata: “Suatu ketika di Makkah aku keluar untuk menghadang Rasulullah saw sebelum aku memeluk Islam. Aku mendapati beliau telah mendahuluiku ke Masjidil Haram, maka aku berdiri di belakangnya, lalu kudengar beliau membuka salatnya (den
gan membaca) surah Al-Haqqah. Aku merasa takjub dengan susunan Al-Qur'an. Maka aku berkata (dalam hatiku) “Ini, demi Allah, adalah penyair! Lalu kedengar beliau membaca: “dan bukanlah ia (Al-Qur'an) perkataan seorang penyair” (ayat 41). Lalu, aku berkata (dalam hatiku) “Tukang tenung”. Lalu beliau membaca: “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya” (ayat 42) sampai akhir surah”.
Nama Al-Haqqah terambil dari kata pertama pada surah ini. Kata ini dipahami dalam arti kepastian terjadinya Hari Kiamat tanpa sedikit keraguan pun atau nampaknya secara jelas hakikat segala sesuatu. Ada juga yang menamainya Surah As-Silsilah/Rantai karena kata tersebut ditemukan pada ayatnya yang ketiga puluh dua. Nama lainnya adalah Al-Wa’iyah, maksudnya Pendengar yang sadar. Nama ini terambil dari kata yang ditemukan pada ayat kedua belas.
Intisari Kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 1-12
Surah yang lalu, antara lain, membantah kaum musyrik yang mempersamakan orang yang taat kepada Allah swt dan yang durhaka. Di sana dijelaskan pula tentang hari disingkapnya betis, yakni kedahsyatan situasi pada Hari Kiamat. Nah, awal surah ini berbicara tentang Hari Kiamat dan menekankan tentang keniscayaan serta kedahsyatannya yang tidak tergambar dalam benak. Itu dengan menyatakan: Al-Haqqah, yakni yang pasti kehadirannya, yaitu Hari Kiamat [1]. Apakah Al-Haqqah yang sungguh dahsyat itu? Yakni Engkau, siapa pun engkau, tidak akan dapat mengetahui rincian hakikatnya! [2]. Apakah yang telah menjadikanmu tahu tentang hakikat Al-Haqqah dan kedahsyatannya itu? [3].
Sekian banyak generasi masa lalu yang mengingkari keniscayaan Kiamat. Allah swt tidak membiarkan mereka berlarut dalam kedurhakaan. Allah swt menjatuhkan siksa atas mereka. Ayat-ayat berikut mengungkap sekelumit dari sanksi yang mereka alami itu. Ayat 4 menyatakan: Kaum Tsamud yakni umat Nabi Shaleh as dan ‘Ad umat Nabi Hud as, telah mendustakan Al-Qari'ah, yakni Hari Kiamat [4].
Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan secara amat mudah dengan suara teriakan menggelegar yang luar biasa, yakni suara guntur yang bercampur kilat [5]. Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang [6]. Allah swt menimpakan angin itu atas mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus berembus dengan kencang tanpa henti. Seandainya ketika itu engkau, wahai siapa pun yang berada di sana dan dapat melihat, maka tentu engkau melihat kaum ‘Ad yang cukup kuat itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk bagian dalamnya [7].
Maka apakah engkau, wahai yang dapat melihat, melihat ada seorang saja di antara mereka yang tersisa? Tidak satu pun di antara mereka yang selamat [8].
Bukan hanya kaum ‘Ad dan Tasamud. Para pendurhaka selain mereka pun disiksa Allah swt. Ayat 9 menyatakan bahwa di samping mereka yang disebut itu, telah datang juga Firaun, yakni Penguasa Mesir masa lalu, yang kepadanya Nabi Musa as diutus, juga kaum yang sebelumnya, yakni seperti kaum Nabi Nuh dan Ibrahim as. serta penduduk negeri-negeri yang dijungkirbalikkan, seperti negeri-negeri yang dihuni oleh kaum Nabi Luth as, semua telah datang dengan membawa kedurhakaan besar [9].
Lalu, masing-masing mereka dengan kedurhakaan itu akhirnya mendurhakai Rasul yang diutus oleh Tuhan Pemelihara mereka, maka akibatnya Allah swt menyiksa mereka dengan mudah dengan siksa yang sangat keras sehingga memunahkan mereka [10].
Tetapi, tidak semua umat yang lalu dibinasakan Allah swt. Yang taat diselamatkan-Nya. Ayat 11 menyatakan: Sesungguhnya Kami/Allah, tatkala air pada masa Nabi Nuh as telah melampaui batas, sehingga naik membubung hingga mencapai puncak gunung, Kami mengangkut kamu dengan memerintahkan kepada Nabi Nuh as agar mengangkut nenek moyang kamu yang membawa benih-benih wujud kamu ke dalam (bahtera) yang berlayar [11], agar Kami menjadikan peristiwa itu, bagi kamu, wahai manusia, sebagai peringatan serta agar diperhatikan oleh telinga yang mau sadar [12].
Surah Al-Haqqah terdiri dari 52 ayat, keseluruhannya turun sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Sayyidina Umar ra berkata: “Suatu ketika di Makkah aku keluar untuk menghadang Rasulullah saw sebelum aku memeluk Islam. Aku mendapati beliau telah mendahuluiku ke Masjidil Haram, maka aku berdiri di belakangnya, lalu kudengar beliau membuka salatnya (den
gan membaca) surah Al-Haqqah. Aku merasa takjub dengan susunan Al-Qur'an. Maka aku berkata (dalam hatiku) “Ini, demi Allah, adalah penyair! Lalu kedengar beliau membaca: “dan bukanlah ia (Al-Qur'an) perkataan seorang penyair” (ayat 41). Lalu, aku berkata (dalam hatiku) “Tukang tenung”. Lalu beliau membaca: “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya” (ayat 42) sampai akhir surah”.
Nama Al-Haqqah terambil dari kata pertama pada surah ini. Kata ini dipahami dalam arti kepastian terjadinya Hari Kiamat tanpa sedikit keraguan pun atau nampaknya secara jelas hakikat segala sesuatu. Ada juga yang menamainya Surah As-Silsilah/Rantai karena kata tersebut ditemukan pada ayatnya yang ketiga puluh dua. Nama lainnya adalah Al-Wa’iyah, maksudnya Pendengar yang sadar. Nama ini terambil dari kata yang ditemukan pada ayat kedua belas.
Intisari Kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 1-12
Surah yang lalu, antara lain, membantah kaum musyrik yang mempersamakan orang yang taat kepada Allah swt dan yang durhaka. Di sana dijelaskan pula tentang hari disingkapnya betis, yakni kedahsyatan situasi pada Hari Kiamat. Nah, awal surah ini berbicara tentang Hari Kiamat dan menekankan tentang keniscayaan serta kedahsyatannya yang tidak tergambar dalam benak. Itu dengan menyatakan: Al-Haqqah, yakni yang pasti kehadirannya, yaitu Hari Kiamat [1]. Apakah Al-Haqqah yang sungguh dahsyat itu? Yakni Engkau, siapa pun engkau, tidak akan dapat mengetahui rincian hakikatnya! [2]. Apakah yang telah menjadikanmu tahu tentang hakikat Al-Haqqah dan kedahsyatannya itu? [3].
Sekian banyak generasi masa lalu yang mengingkari keniscayaan Kiamat. Allah swt tidak membiarkan mereka berlarut dalam kedurhakaan. Allah swt menjatuhkan siksa atas mereka. Ayat-ayat berikut mengungkap sekelumit dari sanksi yang mereka alami itu. Ayat 4 menyatakan: Kaum Tsamud yakni umat Nabi Shaleh as dan ‘Ad umat Nabi Hud as, telah mendustakan Al-Qari'ah, yakni Hari Kiamat [4].
Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan secara amat mudah dengan suara teriakan menggelegar yang luar biasa, yakni suara guntur yang bercampur kilat [5]. Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang [6]. Allah swt menimpakan angin itu atas mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus berembus dengan kencang tanpa henti. Seandainya ketika itu engkau, wahai siapa pun yang berada di sana dan dapat melihat, maka tentu engkau melihat kaum ‘Ad yang cukup kuat itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk bagian dalamnya [7].
Maka apakah engkau, wahai yang dapat melihat, melihat ada seorang saja di antara mereka yang tersisa? Tidak satu pun di antara mereka yang selamat [8].
Bukan hanya kaum ‘Ad dan Tasamud. Para pendurhaka selain mereka pun disiksa Allah swt. Ayat 9 menyatakan bahwa di samping mereka yang disebut itu, telah datang juga Firaun, yakni Penguasa Mesir masa lalu, yang kepadanya Nabi Musa as diutus, juga kaum yang sebelumnya, yakni seperti kaum Nabi Nuh dan Ibrahim as. serta penduduk negeri-negeri yang dijungkirbalikkan, seperti negeri-negeri yang dihuni oleh kaum Nabi Luth as, semua telah datang dengan membawa kedurhakaan besar [9].
Lalu, masing-masing mereka dengan kedurhakaan itu akhirnya mendurhakai Rasul yang diutus oleh Tuhan Pemelihara mereka, maka akibatnya Allah swt menyiksa mereka dengan mudah dengan siksa yang sangat keras sehingga memunahkan mereka [10].
Tetapi, tidak semua umat yang lalu dibinasakan Allah swt. Yang taat diselamatkan-Nya. Ayat 11 menyatakan: Sesungguhnya Kami/Allah, tatkala air pada masa Nabi Nuh as telah melampaui batas, sehingga naik membubung hingga mencapai puncak gunung, Kami mengangkut kamu dengan memerintahkan kepada Nabi Nuh as agar mengangkut nenek moyang kamu yang membawa benih-benih wujud kamu ke dalam (bahtera) yang berlayar [11], agar Kami menjadikan peristiwa itu, bagi kamu, wahai manusia, sebagai peringatan serta agar diperhatikan oleh telinga yang mau sadar [12].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar